BANDUNG, polban.ac.id – Politeknik Negeri Bandung (Polban) melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang bermitra dengan Gerakan Ekonomi Mandiri RT 04 RW 18 (GEMI0418), Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi,  berhasil membuat mesin pencacah sampah organik yang bisa digunakan untuk pakan maggot. Mesin ini memiliki kemampuan untuk mengolah hingga satu ton sampah organik setiap harinya.

Tim PkM Jurusan Teknik Mesin Polban yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan mesin ini adalah Riswanda, S.T., M. Eng. sebagai ketua, yang beranggotakan Ir. Harlian Kadir, M.T.,  Sugianto, S.T., M. Eng., Heri Widianto, S.ST., M. Eng., dan Albert Daniel S., S.Si., M.Sc., Ph.D. , dibantu oleh mahasiswa tingkat akhir dan tenaga ahli dari luar institusi Polban.

Tim PkM Polban
tim Pkm Polban1
pencacah sampah organik untuk pakan maggot - polban

Riswanda,  mengungkapkan bahwa pembuatan mesin pencacah  ini dipicu oleh permasalahan dalam pengolahan sampah organik yang dihadapi masyarakat setempat.

Proses pembuatan mesin yang berbobot sekitar 175 Kg itu memakan waktu sekitar 3-4 bulan yang didanai langsung oleh Polban sebesar Rp22,5 juta.

Riswanda menerangkan, mesin itu memiliki kemampuan proses dua kwintal per jam, sehingga kalau misalnya satu hari lima jam operasi maka mesin tersebut bisa mencacah sampah organik sekitar 1 ton per hari. Meski begitu, dia mengakui bahwa ada kendala pada mesinnya yaitu masih menggunakan voltase kecil, sehingga kalau terdapat sampah keras masuk mesin bisa overload/panas.

Di sisi lain, GEMI0418, mitra dalam penelitian ini, ternyata juga bergerak di bidang usaha ekonomi yang mengelola peternakan lele.

Menurut Riswanda, menggunakan pelet sebagai pakan ternyata sangat boros dan minim keuntungan. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk beralih menggunakan maggot sebagai pakan, yang memakan sampah organik.

“Bisa mengepul sampah organik dari dua RW sekitar, sehingga yang diharapkan dari mesin yang dibuat melalui proposal tersebut bisa mengelola sampah untuk pakan maggot itu satu ton sehari,” ungkapnya.

serah terima kepada RT/RW setempat
Bapak Riswanda dalam pengarahan serah terima alat pencacah sampah organik

Riswanda menjelaskan bahwa sebelum adanya mesin pencacah, selama ini warga terbiasa mencacah sampah dengan menggunakan cara manual, alhasil prosesnya menjadi masih kurang efisien. Berdasarkan hal tersebut, Riswanda bersama timnya melakukan penelitian dan pengembangan mesin pencacah sampah organik untuk membantu kelompok usaha di bidang peternakan lele tersebut.

“Kami berharap dengan adanya mesin yang telah kami kembangkan melalui penelitian, dapat memberikan solusi atas masalah yang mereka hadapi,” tambahnya.

Kehadiran mesin pencacah sampah organik ini juga mendapat sambutan baik dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup Cimahi. Oleh karena itu, Riswanda mengungkapkan bahwa pihaknya telah menawarkan kepada Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Lingkungan Hidup untuk membuat mesin pencacah sampah skala besar yang dapat digunakan untuk menghancurkan segala sampah (tidak hanya sampah organik).

 

(Riswanda/Dhit)