BANDUNG, polban.ac.id – Tim Dosen yang diketuai oleh Dr. Budi Triyono, S.ST. M.T. dengan anggota Devi Eka Septiyani Arifin, S.Si., M.S., Destri Muliastri, S.Si., M.T., Dibyo Setiawan, M.T., Yunita Citra Dewi, S.Si., M.Si. beserta tim mahasiswa mengembangkan mesin pembubur sebagai alternatif solusi untuk menyelesaikan permasalahan sampah organik pasar. Mesin tersebut telah diujicobakan pada sampah organik di Pasar Swamandiri Margaasih Kabupaten Bandung dalam rangka melaksanakan Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dalam pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG). Prototipe mesin pembubur sampah organik ini kemudian diserahterimakan kepada pengelola pasar Swamandiri Margaasih pada Hari Selasa, 25 Juli 2023. Kegiatan serah terima juga disertai dengan pelatihan cara penggunaan dan perawatan alat kepada pengelola pasar. “Kami sangat menyambut baik mesin pembubur sampah organik pasar ini dan semoga ini dapat menjadi solusi permasalahan sampah di pasar kami” tutur Muhammad Ramdhan selaku pengelola pasar Swamandiri Margaasih. Kegiatan ini diharapkan dapat diimplementasikan secara efektif sehingga timbulan sampah organik di TPS Pasar Swamandiri Margaasih dapat dikendalikan dan disertai dengan pembudidayaan maggot yang memiliki nilai ekonomis bagi pengelola pasar. Hal tersebut tentu saja didukung dengan peran aktif pengelola baik dalam penyediaan lahan maupun petugas atau sumber daya manusia (SDM) yang nantinya akan menggunakan alat ini. Tidak lupa dilakukan pula proses pendampingan dan monitoring yang maksimal.

Tim PKM POlban sedang mendemokan mesin pembubur sampah organik pasar
tim PKM Polban dan perangkat pasar swamandiri margaasih kab bandung

Hasil uji coba kinerja menunjukkan bahwa mesin tersebut dapat melakukan pencacahan atau pembuburan sampah organik pasar menjadi bubur yang cocok dijadikan sebagai pakan Maggot BSF yaitu sejenis larva (berupa ulat) dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF). Maggot BSF tersebut dapat mengonsumsi sampah organik hingga tiga kali berat badannya per hari. Peternakan maggot dapat dilakukan pada skala kecil maupun skala besar. Maggot BSF dapat dijadikan sebagai pengganti pakan ternak seperti unggas, ikan dan babi. Pakan ternak berbahan dasar maggot ini dapat menggantikan MBM (meat bone meal) yang masih banyak diimpor.  Kebutuhan MBM pada banyak peternakan di Indonesia mencapai 800 ribu ton setiap tahunnya. Hewan ternak seperti unggas dan ikan membutuhkan pakan yang mengandung protein hewani dan nutrisi yang baik, maggot sangat cocok untuk menggantikan MBM karena memiliki semua kriteria bahan utama pakan ternak. Selain itu maggot dapat bereproduksi dalam waktu yang sangat cepat. Satu ekor lalat BSF dapan menghasilkan 500 maggot per sekali reproduksi. Pemeliharaan lalat maggot BSF pun sangat mudah, tidak berbau, dan tidak mengandung unsur penyakit. Potensi maggot masih terus berlanjut sampai dengan pembuatan konsentrat protein, lemak dan kitin. Sisa dari peternakan maggot dapat pula digunakan untuk pupuk kompos.

praktek ujicoba alat di Polban
hasil dari alat pembubur samapah organik

 “Permasalahan sampah khususnya sampah organik di pasar-pasar di kota Bandung dan Cimahi saat ini sangat mengkhawatirkan terlebih setelah adanya kebakaran di TPA Sarimukti. Kami mencoba mengembangkan mesin pengolah sampah organik seperti sampah sayuran dan buah-buahan yang tentu saja banyak dihasilkan di pasar-pasar tradisional. Mesin yang kami kembangkan ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk semua pasar-pasar tradisional yang memiliki permasalahan sampah organik yang sama” tutur Budi Triyono selaku ketua tim peneliti. (yunita/dhit)