BANDUNG, polban.ac.id – Tim Peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB dan Politeknik Negeri Bandung (Polban) melaksanakan uji hampar bioaspal berbasis limbah glycerine pitch (GP) di area Kampus Polban dan ITB Jatinangor pada Selasa dan Rabu (22-23/08). Pengujian ini menurut Dr. Jenny Rizkiana merupakan implementasi riset pemanfaatan limbah GP yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sejak 2020 lalu.

Selaku Ketua tim peneliti, Dr Jenny Rizkiana dari Program Studi Teknik Bioenergi dan Kemurgi mengatakan bahwa kegiatan penelitian ini selain dosen ITB juga berkolaborasi dengan para dosen dari Politeknik Negeri Bandung (Polban) yaitu Dr. Atmy Verani Rouly Sihombing, ST., MT., Drs. Mulyadi Yuswandono, Dipl.Ing.HTL, MT., Aditia Febriansya, SST., M.Tr.T, dan 2 orang mahasiswa Magister Terapan Program Studi Rekayasa Infrastruktur (MTRI) Polban yaitu Rini Septiani, ST., dan Edward Wardana, ST. Penelitian ini turut didanai oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bandung.

glycerin pitch aspal 1
Sipil polban x FT ITB

Tim peneliti telah melaksanakan penelitian intensif terkait pemanfaatan limbah yang menjadi salah satu permasalahan besar di industri oleokimia karena jumlahnya terus meningkat seiring pertumbuhan industri biodiesel dan juga dikategorikan sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sebelum melaksanakan uji hampar, tim peneliti sudah memastikan bahwa tidak ada zat berbahaya yang terkandung dalam GP sehingga aman untuk diaplikasikan di lingkungan.

Salah satu dari anggota tim peneliti dari Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung, Dr. Atmy Verani Rouly Sihombing menjelaskan bahwa penelitian ini menggunakan limbah GP dari industri oleokimia. Limbah ini kami manfaatkan sebagai ekstender atau pengganti sebagian aspal minyak untuk campuran beraspal, sehingga kita dapat mengurangi ekspor aspal minyak hingga 20-30%.

Pelaksanaan uji hampar ini disaksikan oleh Ketua Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) Norman Fajar Wibowo mewakili industri oleokimia serta Dr Tatang Hernas Soerawidjaja dan Prof Dr Udin Hasanudin mewakili Komite Penelitian dan Pengembangan (Komlitbang) BPDPKS.

lokasi uji hampar aspal glycerin
aspal glycerin1
aspal glycerin

“Glycerine Pitch (GP) yang selama ini dianggap sebagai limbah B3, kita upayakan bagaimana memanfaatkannya sehingga bahan ini tidak selalu harus dibuang tetapi juga dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan nilai tambahnya. Apalagi dari hasil uji toksikologi yang dilakukan, tidak ditemukan adanya zat-zat berbahaya bagi lingkungan,” jelas Norman.

Disamping itu, Rapolo Hutabarat selaku Ketua APOLIN periode sebelumnya, yang juga turut hadir pada uji hampar menjelaskan awal rintisan riset ini. “Kami dari industri oleokimia senantiasa berkomunikasi khususnya dengan kalangan ilmuwan dalam hal ini ITB untuk mencari solusi yang terbaik supaya GP ini bisa dimanfaatkan menjadi produk bernilai tambah tinggi. Usulan penelitian ini telah kami rintis bersama ITB pada tahun 2019 lalu dan riset ini mulai dilakukan tahun 2020,” jelas Rapolo.

Mewakili Komite Penelitian dan Pengembangan (Komlitbang) BPDPKS, Prof Dr Udin Hasanudin sangat mengapresiasi hasil penelitian ini. “Alhamdulillah dari hasil penelitian di laboratorium sudah menunjukkan hasil yang sangat positif untuk bisa dimanfaatkan sebagai campuran aspal. Mudah-mudahan ke depan limbah B3 ini bisa dimanfaatkan dengan baik. Bahkan limbah yang semula nilainya negatif bisa menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya.

Dr Tatang Hernas Soerawidjaja yang juga sebagai perwakilan dari Komlitbang BPDPKS mengemukakan bahwa kalau dari pengamatan selintas, hasilnya akan bagus. Memang nantinya uji-uji lebih lanjut akan menentukan sejauh mana kualitasnya. Ini adalah salah satu jalan untuk menggunakan produk sisa dari pabrik oleokimia menjadi produk yang lebih bernilai tambah.

Menurut Dr Jenny Rizkiana Jenny penelitian ini belum usai. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. “Tugas kami masih belum tuntas. Uji hampar ini hanya merupakan pembuktian awal bahwa limbah GP ini masih memiliki nilai manfaat yang cukup besar. Setelah ini masih banyak pekerjaan berikutnya hingga penelitian ini benar-benar bisa diimplementasi kan secara luas,” ujarnya.

Menurutnya, penelitian masih harus dilanjutkan untuk mencari potensi pemanfaatan lain dari GP agar nilainya bisa lebih tinggi lagi. “Ini masih terus kami kaji. Pada akhirnya, kami ingin mengubah persepsi bahwa GP tidak lagi dipandang sebagai limbah, melainkan sumber daya yang masih bisa dimanfaatkan. Dengan demikian, dapat terbangun ekonomi sirkular di industri oleokimia Indonesia,” pungkasnya. (Aditia F/Ak)